tag:blogger.com,1999:blog-30146507520969404632024-02-19T03:15:37.421-08:00Menulis itu AsyikMencari Makna, Mengikat IlmuBudhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-83067129797777342972012-05-07T04:12:00.001-07:002012-05-07T04:12:08.591-07:00Berpikir Lateral dalam MenulisAPA yang kita akan tulis dari tema "macet"?
Kebanyakan dari peserta yang pernah saya training akan menghasilkan tulisan mendalam soal lalu lintas macet. Kemudian, dari tema kemacetan lalu lintas itu penulis mampu melahirkan angka-angka tentang konsumsi bahan bakar yang terbuang. Ada juga yang kemudian mengaitkannya dengan jumlah gas CO2 yang terhirup dalam paru-paru.
Tulisan-tulisan seperti itu Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-80219580544058504592008-07-26T01:42:00.000-07:002008-07-26T01:54:19.245-07:00Intelektual Publik (12)KITA ulang syarat intelektual publik: pengetahuan, otoritas, isu aktual (issues of the day), dan bahasa populer. Kita sudah membahas soal pengetahuan dan otoritas. Nah...kini kita bahas isu aktual.Artikel di media massa itu sangat terkait dengan berita. Istilahnya, artikel itu adalah newspeg. Jadi, kalau sekarang lagi rame soal korupsi, jangan menulis soal bencana alam. Begitu pula Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-49065759980085367282008-07-24T23:35:00.000-07:002008-07-26T01:40:43.552-07:00Intelektual Publik (11)BERDASARKAN gambaran konsep level analysis intelektual publik pada Intelektual Publik (10), maka saya ingin melengkapinya dengan contoh konkret. Untuk mudahnya, silakan perhatikan gambar ini:Untuk mengukur kesehatan sebuah perusahaan, para ekonom telah mengajuk konsep CAMEL (capital, asset, manajemen, ekuiti, dan likuiditas). Saya bayangkan, para ekonom dan akuntan ini mengajukan konsep ini Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-85938292587157177392008-07-06T06:27:00.000-07:002008-07-08T04:38:11.540-07:00Intelektual Publik (10)KALAU kita kembali ke definisi New York Times, syarat lain untuk disebut sebagai intelektual publik adalah bahwa dia mampu membahas persoalan-persoalan aktual atau issues of the day. Membahas isu aktual tanpa menyertakan pembahasan metodologi atau konsep sehingga bisa diterima publik.Saya mencoba membuat model level analysis intelektual publik seperti di bawah ini:Gambar di atas adalah model dua Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-85193944820242671922008-07-04T03:50:00.000-07:002008-07-08T04:28:31.644-07:00Intelektual Publik (9)Jangan Jadi Intelektual SelebritiJangan Juga Big Brain Small ImpactJANGAN sering ingin muncul di media massa atau di depan publik, nanti kita akan terjerembab jadi intelektual selebriti. Seorang intelektual publik harus tahu kapan dia muncul di depan publik, atau di media massa.Banyak teman-teman IT di ITB mencak-mencak kepada Roy Suryo. Mereka menuding Roy tidak punya kompetensi. Mereka menilai Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-35979487492133758712008-07-02T22:28:00.001-07:002008-07-08T04:37:20.680-07:00Intelektual Publik (8)Jalur OtoritasKALAU saya transformasikan pemikiran Alan Lightman ke dalam bentuk visual, kira-kira grafisnya akan seperti di bawah ini.Hierarkhi I dan II memerlukan otoritas (atau kalau menurut komentar pak Nanang, kompetensi). Tujuannya, agar si pemikir itu menjadi referens publik untuk isu-isu tertentu.Hierarkhi III dicapai ketika ada public invitation, atau permintaan/undangan publik. MemasukiBudhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-19733005215333265492008-07-01T23:25:00.000-07:002008-07-08T04:36:09.715-07:00Intelektual Publik (7)BUNG Danny Lim dari Belanda menanyakan, mengapa Bung Karno yang berlatar pendidikan arsitektur THS (ITB sekarang) menulis soal-soal politik?Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, pada diri manusia melekat berbagai macam otoritas. Bung Karno seorang berlatar belakang arsitektur. Dia juga seorang aktivis pergerakan. Maka saya melihat Bung Karno menggunakan otoritas sebagai orang pergerakan. Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-85823897641553652652008-06-30T04:43:00.000-07:002008-07-08T04:33:47.674-07:00Intelektual Publik (6)Alan Lightman dan Keluar dari otoritasDari reference ke simbolKapan seseorang secara etika boleh keluar dari otoritas dia?Sebelum itu, saya ingin memperkenalkan hierarki intelektual publik, menurut Alan Lightman.Level I : Intelektual publik berbicara tentang disiplin ilmunya. Dia belum mengaitkan disiplin ilmunya dengan realitas sosial di sekitarnya.(Catatan: mungkin level ini cocok dalam Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-63348291757842911512008-06-30T03:35:00.000-07:002008-07-08T04:33:03.537-07:00Intelektual Publik (5)Otoritas dan ReferenceOTORITAS diperlukan agar seseorang menjadi rujukan publik untuk isu-isu tertentu. Seseorang menajdi intelektual publik, jika publik secara otomatis mengaitkan isu tertentu dengan namanya.Misalnya, ketika ada persoalan ekonomi, tiba-tiba publik teringat kepada Faisal Basri. Ketika ada isu lingkungan hidup, publik tiba-tiba ingat nama Otto Soemarwoto, dst. Maka Faisal Basri Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-33320879046381957722008-06-30T03:25:00.000-07:002008-07-08T04:32:28.932-07:00Intelektual Publik (4)Masih soal otoritasTIDAK perlu merasa terpenjara dengan otoritas. Sebab, dengan otoritas malah kita bisa melihat persoalan dari sisi yang lain. Pernah seorang perempuan mengeluh kepada saya betapa latar belakang dia sebagai guru taman kanak-kanak membatasi dia untuk mengupas kota Bandung. Saya minta dia memeras otak untuk meninjau kota Bandung dari segi perkembangan anak. Lumayan, dia bisa Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-59570933509955415702008-06-30T02:26:00.001-07:002008-07-08T04:31:44.091-07:00Intelektual Publik (3)JADI, apa itu intelektual publik?Saya ambilkan definisi New York Times tentang intelektual publik (public intellectual)."Intelektual publik adalah seseorang yang memiliki pengetahuan (knowledge), otoritas (authority), tentang isu-isu aktual (issues of the day), dan memiliki kemampuan menyampaikannya kepada publik."Jadi ada empat hal yang menyebabkan seseorang menjadi intelektual publik: Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-28816935225367431212008-06-30T00:59:00.000-07:002008-07-08T04:31:00.993-07:00Intelektual Publik (2)MENULIS opini di media massa adalah bagian dari menulis populer. Menulis populer adalah salah satu cara untuk menjadi intelektual publik. Tentu menulis populer lain dengan menulis akademis.Tradisi menulis populer di Amerika baru berumur 40 tahunan. Sebelum itu, para intelektual kampus/akademis tidak mau sharing opini dengan publik. Mereka menganggap tugas suci mereka adalah menyingkap Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-80127420547765182702008-06-29T08:36:00.000-07:002008-07-08T04:30:05.141-07:00Intelektual Publik (1)SERINGKALI saya meminta para pakar di kampus, atau kaum profesional untuk menulis di media massa. Ada yang menyambut ajakan ini. Namun ada juga yang skeptis.Nah yang skeptis ini biasanya bertanya:1.”Berapa sih honornya?”Ketika saya ceritakan bahwa menulis di media massa memang ada honornya, akan tetapi jangan berharap bahwa honor ini akan besar. Mendengar penjelasan ini, tidak sedikit yang Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-67648110970639118952008-06-29T08:14:00.000-07:002008-06-29T08:23:35.421-07:00Crayonpedia InitiativeTERINSPIRASI oleh kolaborasi massal dalam membuat Boeing 787 Dreamliner, maka saya dan beberapa teman di crayon community, terutama Pak Hemat Nur Dwiyanto, merasa perlu menciptakan sebuah sistem kolaborasi dalam bidang pendidikan. Dalam pertemuan tak sengaja (hanya 10 menit) di basement parkir masjid Salman Pak Hemat mengutarakan maksud itu. Saya terburu-buru karena sudah ditunggu oleh 150 orang Budhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3014650752096940463.post-87829604298179389272008-06-26T06:57:00.000-07:002008-06-26T07:32:48.487-07:00Crayon CommunityAPRIL lalu di masjid Salman berdiri sebuah komunitas bernama Crayon Community. Crayon adalah akronim dari "Create Your Own News." Komunitas ini bertujuan mendorong setiap orang untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi saja, akan tetapi juga prdusen informasi.Maka, yang selama ini hobi membaca buku, kali ini harus membuat buku. Yang selama ini membaca puisi orang lain, kini harus menulis puisiBudhianahttp://www.blogger.com/profile/04487597235525271087noreply@blogger.com2