Kamis, 24 Juli 2008

Intelektual Publik (11)

BERDASARKAN gambaran konsep level analysis intelektual publik pada Intelektual Publik (10), maka saya ingin melengkapinya dengan contoh konkret. Untuk mudahnya, silakan perhatikan gambar ini:



Untuk mengukur kesehatan sebuah perusahaan, para ekonom telah mengajuk konsep CAMEL (capital, asset, manajemen, ekuiti, dan likuiditas). Saya bayangkan, para ekonom dan akuntan ini mengajukan konsep ini beserta penjelasan-penjelasan metode, perhitungan-perhitungan akutansi, dan lain-lain. Mungkin juga mereka mengerahkan perhitungan-perhitungan matematika ekonomi dan sederet perhitungan konseptual lainnya. Misalkan, apa sih yang disebut aset, apa itu tangible assets, atau intangible assets. Apa itu likuiditas: apakah deposito bisa digolongkan sebagai uang siap cair (likuid), ataukan yang disebut likuid itu uang cash di tangan (cash on hand)?
Ada juga ekonom yang mengajukan konsep return on asset (ROA) untuk mengukur berapa tambahan pendapatan dari setiap penambahan aset. Atau return on investment (ROI), yang mengukur berapa besar tambahan pendapatan dari setiap penambahan investasi.
Tentu saja hal-hal seperti itu terlalu konseptual, dan bukan menjadi urusan publik. Perdebatan seperti itu sangat cocok ditampilkan dalam jurnal ilmiah. Tentu saja yang bisa menikmati perdebatan ini adalah orang-orang terbatas, yaitu kelompok akademis atau ekonom saja.
Namun, ketika kita menggunakan konsep kesehatan perusahaan di atas untuk menyoroti kesehatan BUMN, dan misalkan kesimpulannya adalah bahwa rata-rata BUMN kita tidak sehat, maka tulisan itu sudah mulai cair. Pembacanya mulai meluas, tapi masih terbatas, yaitu para pembaca yang berpendidikan agak tinggi. Sedangkan orang-orang biasa (man on the street) belum tentu tertarik.
Nah, ketika kita mulai menarik lagi konsep itu ke bawah, maka pembacanya akan meluas. Misalkan perusahaan listrik negara (maaf pak PLN, ini contoh) kekurangan likuiditas. Untuk mengatasi itu, maka perusahaan listrik diperkirakan akan menaikkan tarif dasar listrik (TDL). Maka tentu saja tarif listrik adalah menyangkut kepentingan semua orang. Tentu semua orang akan menikmati tulisan ini.
Jadi, untuk menulis populer dan menulis opini di media massa, bergeraklah dari level dua ke bawah. Jangan menulis di level atas.***(bersambung...)

Tidak ada komentar: