Selasa, 01 Juli 2008

Intelektual Publik (7)

BUNG Danny Lim dari Belanda menanyakan, mengapa Bung Karno yang berlatar pendidikan arsitektur THS (ITB sekarang) menulis soal-soal politik?
Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, pada diri manusia melekat berbagai macam otoritas. Bung Karno seorang berlatar belakang arsitektur. Dia juga seorang aktivis pergerakan. Maka saya melihat Bung Karno menggunakan otoritas sebagai orang pergerakan. Otoritas memang tidak selalu terkait dengan latar belakang pendidikan. Otoritas bisa juga karena aktivitas yang terus menerus, organisasi dan lain-lain. Yang penting, sekali lagi, jangan mengumbar terlalu banyak otoritas.
Soal Bung Karno ini juga bisa kita bahas dari posisi dia sebagai mahasiswa. Saya kira,ada sebuah otoritas kolektif dan spesial untuk mahasiswa. Mahasiswa secara kolektif merupakan moral force. Karena itu, mahasiswa - apa pun fakultas atau jurusannya-- punya otoritas membahas persoalan kebangsaan dan kenegaraan. Namun, kalau membahas soal-soal teknis seperti teknologi, arsitektur dan sebagainya, si mahasiswa harus punya otoritas khusus, sesuai dengan latar belakang fakultas atau jurusannya.***(bersambung...)

2 komentar:

R.N.Soetarjono (Pak Nanang) mengatakan...

1. Lain dengan bahasa2 negeri industri bahasa Indonesia dalam beberapa bidang masih belum berkembang mendalam, terutama dalam bidang cendeliawan misalnya. Kata otoritas yang dipakai disini saya kira lebih tepat diganti dengan kata kompeten atau kompetensi. Authority dalam bahasa Jerman bisa berarti Autorität (yang mengandung arti kekuasaan) atau Kompetenz (yang mengandung arti kemahiran dan kepribawaan). Dalam pembahasan "Menulis itu Asyik" kata kompeten sependapat saya lebih tepat daripada otoritas, karena otoritas mengesankan kekuasaan politik pada pembaca.
2. Tiap didikan akademis (perguruan tinggi, universitas) selalu berimplikasi didikan tidak hanya mendalam dalam suatu bidang, melainkan juga melebar atau meluas dalam bidang pemikirannya, bergantung pada titikberat perhatian hidupnya diluar kejuruannya. Seorang insinyur-mesin atau seorang dokter-gigi memang memiliki keahlian dan kejuruan dalam bidang masing2, tapi dalam bidang lainnya (budaya atau politik misalnya) mereka bisa juga memiliki dan mengembangkan kompetensinya. Itulah beda didikan akademik dan didikan kejuruan.
Salam Pak Nanang

Budhiana mengatakan...

Betul Pak Nanang, yang lebih tepat memang kompetensi. Namun saya berangkat dari definisi new york times yang menggunakan istilah otoritas.