Senin, 30 Juni 2008

Intelektual Publik (6)

Alan Lightman dan Keluar dari otoritas
Dari reference ke simbol
Kapan seseorang secara etika boleh keluar dari otoritas dia?
Sebelum itu, saya ingin memperkenalkan hierarki intelektual publik, menurut Alan Lightman.
Level I : Intelektual publik berbicara tentang disiplin ilmunya. Dia belum mengaitkan disiplin ilmunya dengan realitas sosial di sekitarnya.
(Catatan: mungkin level ini cocok dalam penulisan buku ilmiah populer, tidak cocok untuk media massa karena artikel di media massa selalu dikaitkan dengan persoalan aktual masyarakat. Artikel di koran adalah newspeg atau terkait dengan berita.)
Kawan saya, Dr. T. Djamaluddin adalah ahli matahari di LAPAN. Beliau banyak menulis buku soal astronomi, matahari dsb. Ini adalah level 1.

Level II: Si intelektual publik mulai menggunakan disiplin ilmunya untuk menganalisis persoalan sosial kemasyarakatan.
Setiap menjelang Idulfitri, umat Islam selalu berbeda pendapat tentang jatuhnya hari suci itu. Nah...di sini Dr. T. Djamaluddin mulai membahas soal ini dengan pendekatan astronomi. Maka di sini disiplin ilmu dia diterapkan untuk menjawab persoalan kemasyarakatan.

Level I dan II tetap menuntut otoritas. Level I dan II mendorong si penulis menjadi rujukan publik (public reference).

Kapan seseorang boleh keluar dari disiplin ilmunya?

Menurut Alan Lightman, seseorang secara etika boleh keluar dari dispilin ilmunya, kalau ada permintaan publik!! (by invitation only)

Dan berarti dia memasuki Level III:

Setelah menjadi rujuan publik sekian lama, publik mungkin ingin mengetahui apa pandangan si intelektual publik tentang hal lain.
Ini terjadi pada Albert Einstein. Sekian puluh tahun orang mengenal Einstein sebagai jenius fisika. Lama kelamaan, orang ingin tahu apa pandangan Einstein tentang agama, etika dan pendidikan. Maka Einstein banyak diundang menulis dan berbicara soal-soal di luar fisika, seperti etika, seni, budaya dan agama. Bahkan setelah pensiun, Einstein tidak banyak berbicara soal fisika, dia lebih banyak bicara tentang filsafat, etika dan agama.
Nah...ketika ada permintaan publik seperti ini, seseorang boleh keluar dari disiplin otoritasnya. Seseorang yang sudah melewati Level III ini sudah bukan lagi hanya referens publik. Dia sudah menjadi simbol masyarakat. Dia menyuarakan susah dan gembiranya masyarakat.
Menurut saya orang-orang semacam Prof. Selo Soemardjan Almarhum, Nurcholish Madjid, dan banyak tokoh yang masih hidup lainnya sudah menjadi simbol.
Jadi, ikutilah alurnya Alan Lightman ini. Bersabarlah, dan taatlah pada otoritas, sampai suatu saat publik meminta ada keluar dari otoritas.
Banyak penulis pemula yang mengawali karir menulisnya terbalik. Mereka menulis berbagai hal. Mending kalau akhirnya menjadi satu, akan tetapi banyak yang terus menulis banyak hal.
Apakah kita harus selalu menerima setiap permintaan publik untuk keluar dari otoritas?
Tunggu seri berikutnya ya...***
(bersambung...)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

semakin lama semakin menarik.. wah wah wah..ternyata begini tahapannya.. :)

budhiana mengatakan...

ya,,,begitulah tahapannya